Minggu, 09 Juni 2013

jangan jadi robot di twitter



Di era berkembangnya social media saat ini, banyak sekali brand atau orang terkenal yang ingin eksis di social media khususya twitter. Namun cara mereka menjadi eksis terlalu berlebihan, akun twitter mereka sudah tidak manusiawi lagi.  Tidak manusiawi, karena dalam satu detik ada beberapa tweet yang di bagikan. Mereka mungkin berfikir dengan banyaknya tweet mereka menjadi lebih eksis.

Tetapi semua itu tidak benar, karena dengan sistem penjadawalan tweet ini akan membuat mereka dan brand mereka terlihat seperti robot. Selain itu, banyak juga akun twitter dengan banyak follower beriklan dalam konteks yang monoton. Cara beriklan yang monoton tidak akan membuat follower mau melirik tweet mereka.   

Bila anda ingin beriklan, berikanlah sentuhan yang berbeda,  contohnya tweet berikut :



Jadi, jangan jadi robot untuk para follower Anda. Sampai jumpa di postingan saya selanjutnya.

Sabtu, 17 November 2012

Membangun brand anda di mata konsumen

Saat ini keberadaan sebuah brand merupakan hal yang penting dalam pemasaran. Brand merupakan sebuah nama, istilah, desain, simbol atau fitur lainnya yang mengidentifikasikan produk atau jasa seseorang dari penjual lainnya. Branding adalah proses yang terlibat dalam menciptakan nama atau imej yang unik untuk sebuah produk di dalam benak konsumen, terutama melalui iklan-iklan dengan tema yang konsisten. Tujuan dari branding adalah untuk mempublikasikan keberadaan yang berbeda dan signifikan di pasar yang dapat menarik dan menghasilkan konsumen yang loyal.
Keberadaan brand bukan hanya penting bagi produk atau jasa dari perusahaan. Namun brand pun penting bagi seseorang secara pribadi. Hal inilah yang disebut dengan personal branding. Personal branding umumnya adalah cara bagaimana memasarkan diri anda pada dunia. Personal brand anda adalah apa yang dipikirkan oleh orang lain tentang diri anda. Terkadang anda tidak dapat mengendalikan bagaimana orang lain memikirkan anda, namun anda tetap memiliki pengaruh pada personal brand anda sendiri.
Seringkali orang memahami personal branding hanya untuk selebritis, padahal setiap diri kita adalah sebuah brand. Personal branding menjadi sebuah proses bagaimana kita memasarkan diri kita pada orang lain. Sebagai sebuah brand, kita dapat menggunakan strategi yang sama yang digunakan oleh selebriti atau merek perusahaan pada orang lain> Kita dapat membangun brand equity sama seperti mereka.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, personal branding tidak dapat kita hindari lagi. Ketika orang lain berinteraksi dengan kita, mereka secara otomatis membentuk opini secara mental dengan memberikan label pada diri kita, seringkali dalam beberapa detik pertama. Anda tidak dapat menghindari dari label yang mereke berikan pada anda dan orang lain juga tidak dapat menghindari dari melabeli diri anda. Hal tersebut terjadi secara otomatis karena otak kita bertugas untuk mengenali pola dan asosiasi bentuk. Label yang diberikan oleh orang lain menjadi bagian dari personal brand anda.
Jika anda menulis email, anda membranding diri anda. Jika anda berbicara dengan seorang teman atau keluarga, anda membranding diri anda sendiri. Bagaimana anda berpakaian, apa yang anda makan, dan bagaimana anda berbicara akan berkontribusi pada brand anda. Pikirkanlah brand anda sebagai rangkuman dari semua asosiasi tentang diri anda yang tersimpan dalam benak orang lain.
Untuk membangun personal branding saat ini, kita dapat menggunakan alat-alat sosial media yang memungkinkan kita untuk meraih personal branding dengan jangkauan yang luas dan sedikit waktu. Berikut adalah proses personal branding untuk mengetahui bagaimana menunjukkan diri anda pada dunia dan bagaimana memposisikan diri anda untuk kesuksesan.
1.Temukan brand anda
Menemukan brand adalah menemukan apa yang ingin anda lakukan untuk sisa hidup anda, menentukan tujuan anda, menuliskan misi, visi dan pernyataan personal brand (apa yang anda lakukan dan apa yang anda layani), dan juga menciptakan rencana perkembangan. Apakah anda pernah dibilang pintar dan humoris oleh teman anda atau rekan anda? Deskripsi tersebut adalah bagian dari brand anda, terutama jika anda merasakan atribut-atribut tersebut menggambarkan diri anda.
Untuk mengetahui apakah anda telah menemukan brand anda, pastikan bahwa kesan diri anda sama dengan bagaimana pandangan orang lain terhadap anda.
Sebelum anda memasuki langkah selanjutnya dalam proses personal branding, anda perlu menentukan ceruk anda. Ceruk atau niche adalah suatu bidang di mana anda memiliki keahlian.
2.Ciptakan brand anda
Setelah anda mengetahui apa yang ingin anda lakukan dan telah mengklaim ceruk anda, setidaknya di dalam benak anda, ini adalah waktunya untuk menerapkannya secara cetak dan online. Materi marketing yang harus anda kembangkan disebut dengan peralatan personal branding. Peralatan ini meliputi apa yang dapat anda gunakan untuk menonjolkan brand anda dan memudahkan orang lain untuk melihat tentang diri anda
-Kartu nama
Tidak masalah apakah anda seorang mahasiswa, CEO atau seorang konsultan, semua orang seharusnya memiliki kartu nama sendiri. Kartu nama dapat memuat foto anda, pernyataan personal brand, informasi kontak dan logo perusahaan bila perlu.
-Resume
Resume adalah dokumen yang digunakan anda butuhkan untuk melamar pekerjaan dan jika anda mengikuti wawancara. Pastikan untuk memprioritaskan setiap dokumen dengan informasi yang sesuai dengan posisi yang ditargetkan.
-Portfolio
Portfolio anda dapat dibuat dalam bentuk cd atau web atau cetak. Portfolio merupakan cara baik untuk menunjukkan karya yang sudah anda lakukan di masa lalu, yang dapat meyakinkan seseorang tetang keampuan anda untuk mendapatkan hasil yang sama di masa depan.
-Blog/Website
Anda dapat memmbuat blog atau website mengenai diri anda. Blog atau website ini menjadi aset yang kuat bagi anda dan menunjukkan keahlian anda serta ketertarikan anda dari waktu ke waktu.
-Profil LinkedIn
Profil LinkedIn adalah kombinasi dari resume, surat lamaran, dokumen referensi dan database dari jaringan anda.Gunakanlah untuk menmbuat iklan pribadi anda untuk mencari kerja atau bertemu orang baru.
-Profil Facebook
Banyak orang memiliki profil facebook, namun jarang yang menggunakan profilnya dengan benar untuk membranding dirinya. Pastikanlah profil facebook anda memiliki foto hanya anda sendiri yang menggamarkan sisi positif diri anda. Masukkan pengalaman kerja anda dan isilah profil anda.
-Profil Twitter
Profil twitter anda harus memiliki avatar yang sama dengan foto facebook anda dan yang dignakan dalam profil LinkedIn. Gunakan background yang baik, isilah profil anda dan masukkan link menuju blog atau profil LinkedIn anda.
-Pakaian
Gaya pribadi anda merupakan hal yang penting untuk menonjolkan diri dari keramaian. Pilihlah baju yang paling baik mwakilkan diri anda karena hal itu akan terlihat melalui foto atau avatar anda secara online dan juga saat anda bertemu orang lain di kehidupan nyata.
-Alamat Email
Jangan mengabaikan alamat email anda. Kebanyakan orang menggunakan email pada jejaring sosialnya dan jika anda berhubungan dengan orang lain di jejaring sosial, anda akan mendapatkan notifikasi melalui email, jadi anda perlu membiasakan diri.Alamat email anda memberikan kesempatan yang besar bagi brand anda.
Setelah anda selesai dengan peralatan personal branding anda, anda perlu menunjukkannya pada dunia, terutama target anda. Meskipun anda sudah membuatnya, namun peralatan tersebut masih perlu pengembangan, komunikasikanlah apa yang sudah anda buat pada orang lain.

Rekayasa itu perlu

Percaya nga percaya kita memang tidak bisa selalu jujur dalam berjualan, ya gimana nga.. masyarakat kita sudah terbentuk sedemikian rupa untuk lebih menyukai hal-hal baik yang bersifat semu dibandingkan hal buruk yang nyata. Contoh aja semua orang akan lebih suka hidung mancung dari pesek, jadi jangan salahkan banyak artis kita yang memancungkan hidungnya, itu kan tuntutan job.. lalu setelah mereka melakukan operasi itu dan berusaha untuk jujur balik lagi dicaci maki masyarakat.. jadi terkadang lebih baik bersikap tidak jujur dalam berjualan. Stop dulu jangan langsung jadi mencaci maki saya karena saya menyarankan hal yang buruk, karena saya masih punya contoh banyak dalam hal ini.

Saya akan lebih menjabarkan dalam hal naming, bahwa nama sebuah brand akan sangat mempengaruhi jalannya karir penjualan atau kesuksesan brand itu sendiri. Ok, kemarin saya sempat ngobrol dengan anak-anak kantor saya berkaitan dengan kasus baru yang masuk ke kantor. Ada 1 produk teh mahkota dewa yang menjual produknya dengan nama Mahkota Dewa, sedangkan produk yang sama percis dijual dengan brand lain bermerk Nature Life, and sudah pasti bisa ditebak kan.. kalau orang akan memilih yang berlabel Nature Life, kenapa? Karena pakai bahasa inggris, nga ndesooo… lebih gaya belinya, lebih bisa dipercaya, ya apa sajalah sebabnya, sebaiknya tanya ke diri kita masing-masing. Masalahnya bukan hanya produknya yang sama, tetapi juga penyajian packaging nya sama percis, malahan brand berbahasa inggris itu dijual DUA kali lipat, dan masih tetap dibeli orang.

Ternyata memang naming sangat dibutuhkan karena masyarakat kita, seperti yang sudah saya bilang di atas, lebih suka hal-hal yang berbau barat atau luar negri (walaupun produk tanah air) dibanding yang benar-benar asli Indonesia, mungkin tidak bisa disalahkan juga karena selama 30 tahun lebih produk dalam negri memang kalah jauh dengan produk luar, tetapi lain lagi dengan sekarang yang sudah maju pesat. Dalam kemajuannya yang sungguh pesat ini, produk dalam negri harus tetap berhati-hati dalam langkah-langkah pemasarannya, salah satunya dalam hal naming tadi. Mungkin salah satu kesalahan pemasaran brand Timor yang beridealisme Indonesia sekali itu, karena ia menggunakan nama Timor, di mana yang terbayang di benak masyarakat adalah MOBIL BUATAN INDONESIA, beda dengan merk Polytron yang buatan Indonesia tetapi menggunakan nama brand yang mirip dengan brand Jepang, sehingga yang terbayang yah.. TV BUATAN JEPANG, karena selama ini memang TV bagus selalu buatan Jepang.

Jangankan sebuah produk, untuk memasarkan artis saja harus ada brandnya seperti Jerry Yan yang bernama asli Yan Cheng Xu, biar kayak orang bule pake nama Jerry dan mudah diingat orang selain orang Taiwan/Cina yang terbiasa dengan pembacaan nama 3 suku kata; atau Yuni Shara yang ternyata Wahyu Setyaning Budi atau Inul yang adalah Ainur Rohimah.. ya beda banyak juga gpp asal masih mirip dikit.. yang penting bisa trend, tapi terbukti benar bahwa nama merk yang mereka pakai untuk pemasaran membangung persepsi yang baik, walaupun merekayasa jati diri nama pemberian ortu di kampung.. balik lagi pada idealisme masing-masing, tetapi jangan anggap remeh persepsi yang telah terbentuk di masyarakat, karena kita memang berjualan kepada masyarakat.

Celoteh Marketing

Untuk brand baru, bagaimana caranya kita masuk kepasar yang sudah mature di mana market leader dan pemain nomor dua, tiga lainnya sudah sangat mengusai market tersebut, tingkat penetrasi produk sudah sangat tinggi dan komunikasi dari kompetitorpun sudah sangat gencar serta ditambah lagi posisitioning masing-masing brand competitor sudah sangat mapan dan menancap di benak konsumen?

Kira-kira inilah pertanyaan akhir pekan lalu yang ditanyakan klien saya kepada saya ketika sedang lunch bersama, sambil bercanda saya bertanya balik ke beliau, trus ngapain maksain masuk ke pasar itu pak? Ha……..ha, iya toh, penetrasi marketnya sudah sangat tinggi, katakanlah sabun mandi, masing-masing brand sudah memiliki positioning dan differensiasi masing-masing, komunikasinya juga sangat matang dan intensitasnya tinggal belum lagi sudah pasti masalah distribusi sudah pasti jauh unggul dalam banyak hal, wah ini sih mengirim kucing garong ke markas macan, canda saya. Nasibnya sudah hampir jelas, menghadap ilahi, kemudian kami tertawa berdua.

Saya jadi bertanya-tanya tapi memang cukup banyak brand baru yang muncul di dalam kondisi ini, kita ambil contoh sampo zinch, dengan penetrasi pasar yang sudah lebih dari 80 persen (hampir 80 persen penduduk sudah menggunakan sampo), dengan brand kompetitor yang luar biasa kuatnya dalam hal komunikasi, distribusi dan equitas mereknya toh Zinch masih saja berani masuk dengan iklan yang jor jor an dan differensiasi produk yang tidak terlalu unik juga, standart ajah menghilangkan ketombe. Nasibnya, kurang tahu saya sih sejujurnya, namun jika berasumsi dari komunikasi yang dilakukannya saat ini sepertinya brand ini mulai kehabisan nafas untuk terus meladeni serangan balik dari kompetitornya. Lantas bagaimana dan apa yang harus dilakukan sebuah brand masuk dengan kondisi seperti itu?

Pertama yang sangat perlu diperhatikan adalah visi dari brand yang ingin kita bangun dipasar? Jangka pendek atau mau hit and run? Sustainable atau temporary ajah? Kemudian kedua membangun core competency dan kapabilitas inti yang dimiliki brand, hal ini teramat sangat penting untuk kita mengetahui apakah kita memiliki cukup keunikan dan kapasitas untuk mendrive pasar membeli produk kita nantinya selain itu tentu merupakan ukuran nyata mengenai kemampuan kita kelak di pasar.

Dengan comparasi core competency ini kita kemudian dapat mencari insight dari pasar (kedua) apakah kemudian pasar dapat menerima keunikan yang kita bangun kelak di pasar. Dari sini juga kemudian (ketiga) kita membandingkan kapabilitas kita dalam menghadapi strategi-strategi yang akan kita dan pesaing kita luncurkan ketika di pasar. Ini baru bicara sampai membangun core compatency yang unik dan bisa diterima oleh target market kita, belum lagi kita berbicara strategic business unit yang harus dibangun agar semua objectives yang kita bangun bisa dicapai secara efektif dan efisien tentunya.

Sulit sekali yah sepertinya, 100 % yah. Tidak ada yang mudah dalam dunia pemasaran, sejauh orientasinya berakhir pada penjualan berarti jalan panjang dan sulit pasti akan dilalui karena tidak ada yang akan membiarkan kita menikmati market seorang diri.

Jadi saran saya kepada setiap orang yang bertanya mengenai sebuah keinganan untuk usaha atau meluncurkan produk baru, kita harus total baik dari sisi manusia, strategy, eksekusi, dan dukungan dananya. Hal terakhir yang saya sebutkan masih bersifat relatif walaupun sangat penting, tergantung produk apa yang ingin diluncurkan, namun tiga hal lainnya adalah mutlak, tidak ada tawar menawar, total atau mati.

Mengapa manusia saya letakan pertama dalam hal ini? Dari pengalaman saya sebagai konsultan branding, 90 persen kesuksesan sebuah brand berada di balik manusianya. Mereka inilah yang secara total dan kreatif membangun dan menyukseskan sebuah brand, sering sekali kita membaca dalam sebuah kondisi dimana sebuah perusahaan sedang sekarat tiba-tiba dengan bergantinya pimpinan dan tim yang dibangun perusahaan tersebut menjadi sangat sukses atau hal yang paling tidak bisa dipungkirin, produk mana yang sukses tanpa manusianya (yang handal tentunya)? Selalu ada manusia tangguh, pintar dan berkomitmen dibalik setiap kesuksesan merek. Strategy yang dibangun bisa saja sangat bagus dan brilian, di bantu oleh konsultan ternama tingkat dunia, namun ketika brand tersebut ditangani oleh manusia yang tidak handal, masalah cepat atau lamabat pasti akan menghampiri brand tersebut.

Karena hal ini pulahlah, sebagai brand konsultan saya dan tim selalu fokus pada mengolahan internal branding dan hebatnya dari semua klien yang perusahaan kami tangani masalah ini selalu muncul sebagai penyebab nomor satu yang akan menyebabkan penjualan dan ukuitas merek merosot dalam jangka panjang. Sales yang semu, begitulah saya suka menyebutnya, seperti bergairah dan menyenangkan dalam jangka pendek dan akan membuat kita menangis dalam jangka panjang. Pondasi manusia adalah segalanya dan karena itulah penting sekali untuk membangun hal ini. Sekali waktu rekan saya bercerita bahwa dia barusan saja berbicara dengan salah satu “konsultan” yang bercerita sukses membesar dua brand dan meningkatkan penjualannya ketika dia berada di perusahaan tersebut, namun kedua brand tersebut saat ini sudah di alam baka dan itu karena menurutnya “si konsultan” sudah tidak berada lagi di sana, wow what the hell **** is this? Sukses? Inilah salah satu bentuk kegagalan seorang konsultan, seharusnya ketika meninggalkan perusahaan tersebut dia mampu meninggalkan pondasi yang kuat terutama di manusianya sehingga tanpa harus membayar jasa si konsultan lagi mereka bisa menjalankan dan membangun brand tersebut.

Kedua adalah strategy, wah mambahas hal ini tentu sangat panjang namun intinya adalah setiap peluncuran produk baru perencanaan dari hulu ke hilir haruslah sangant matang apalagi bila produk yang diluncurkan bersifat masal dimana pesaing kuat maupun kecil berkerumun di dalamnya. Strategy ini harus dimulai dari bagaimana kita memetakan lanscape bisnis kita, menganalisis dengan cermat customer dan pesaing perusahaan dan kemudian menyusun strategic business concept perusahaan mulai dari penentapan target market yang tepat, posisitioning produk yang sesuai dan mendukung differensiasi produk sampai dan sampai ke pincitraan secara visual dan eksekusi lapangan yang tepat. Panjang sekali tentunya jika harus dibahas, namun every detail is important in business jika kita berbicara bisnis dalam jangka panjang dan membangun ekuitas merek yang kuat.

Ketiga adalah eksekusi. Nah ini yang paling repot apalagi bila bicara produk yang melibatkan tenaga lapangan (sales) yang banyak. Kadang dibeberapa perusahaan fungsi marketing dibedahkan dengan fungsi sales sehingga tidak jarang menyebabkan kontradiksi dan bukan tidak mungkin konfrontasi antara keduanya. Bagian marketing kadang merasa bagian sales tidak menjalankan strategi yang sudah dibikin dengan sangat baik dan berdasarkan hasil riset yang cukup mahal sedangkan bagian sales merasa bagian marketing hanya bisa duduk di meja tanpa mau mengerti kondisi lapangan sesunguhnya. Karena itulah khusus di eksekusi ini setiap komponen khusunya bagian marketing dan sales harus bisa duduk bersama, saling bertukar informasi guna menyusun strategi pasar bersama. Tentu tidak ada yang lebih baik pemikirannya dari yang lain karena konteks “lapangan” bagi kedua bagian ini sangat berbeda. Lapangan bagi marketing adalah competitive setting yang melibatkan banyak hal mulai dari geagrafi, demografis dan psikografis dan faktor lainnya yang akan mempengaruhi perusahaan, isitilahnya marketing menggunakan helicopter view untuk melihat lapangan, sedangkan sales melihat pasar lebih detail dengan wilayah yang lebih terbatas sehingga orang sales sangat tahu apa yang sedang terjadi lapangan (preman view).

Di atas baru bicara mengenai pembagian fungsi dalam eksekusi, belum pembagian kerja yang lebih detail dalam eksekusi yang kadang jauh lebih sulit karena berhubungan kembali dengan kedua hal diatas yang telah dibahas sebelumnya yaitu manusia dan strategy. Next time mungkin akan kita bahas lebih dalam lagi bagaiman eksekusi lapangan terbaik yang harus dikerjakan perusahaan untuk membangun brand dan penjualannya.

Terakhir dana, sifatnya sangat relatif dan kisah-kisah kesuksesan tanpa dan dengan dukungan dana tentu sangat banyak, kita akan berhasil dengan kedua opsi di atas dengan catatan ketiga hal yang kita bangun sebelumnya bisa berfungsi dengan maksimal dan berjalan mengarah pada kemajuan yang berkesinambungan.

Wah kali ini benar-benar ngelantur nih, panjang dan mungkin sedikit lompat-lompat, namun tulisan yang ringan ini mungkin bisa memberikan sedikit pencerahan bahwa membangun sebuah brand dan penjualan tidaklah segampang kita membangun bisnis. Yah membangun bisnis tentu saja sangat gampang, punya modal 1 juta buka ajah pecel lele, udah bisnis tuh namanya, namun ketika bicara profit dan merek nanti dulu, uang bukan syarat mutlak walaupun tentunya sangat membantu bilan ada namun manusia, strategy dan eksekusilah yang mutlak harus berjalan dengan baik.