Sabtu, 17 November 2012

Rekayasa itu perlu

Percaya nga percaya kita memang tidak bisa selalu jujur dalam berjualan, ya gimana nga.. masyarakat kita sudah terbentuk sedemikian rupa untuk lebih menyukai hal-hal baik yang bersifat semu dibandingkan hal buruk yang nyata. Contoh aja semua orang akan lebih suka hidung mancung dari pesek, jadi jangan salahkan banyak artis kita yang memancungkan hidungnya, itu kan tuntutan job.. lalu setelah mereka melakukan operasi itu dan berusaha untuk jujur balik lagi dicaci maki masyarakat.. jadi terkadang lebih baik bersikap tidak jujur dalam berjualan. Stop dulu jangan langsung jadi mencaci maki saya karena saya menyarankan hal yang buruk, karena saya masih punya contoh banyak dalam hal ini.

Saya akan lebih menjabarkan dalam hal naming, bahwa nama sebuah brand akan sangat mempengaruhi jalannya karir penjualan atau kesuksesan brand itu sendiri. Ok, kemarin saya sempat ngobrol dengan anak-anak kantor saya berkaitan dengan kasus baru yang masuk ke kantor. Ada 1 produk teh mahkota dewa yang menjual produknya dengan nama Mahkota Dewa, sedangkan produk yang sama percis dijual dengan brand lain bermerk Nature Life, and sudah pasti bisa ditebak kan.. kalau orang akan memilih yang berlabel Nature Life, kenapa? Karena pakai bahasa inggris, nga ndesooo… lebih gaya belinya, lebih bisa dipercaya, ya apa sajalah sebabnya, sebaiknya tanya ke diri kita masing-masing. Masalahnya bukan hanya produknya yang sama, tetapi juga penyajian packaging nya sama percis, malahan brand berbahasa inggris itu dijual DUA kali lipat, dan masih tetap dibeli orang.

Ternyata memang naming sangat dibutuhkan karena masyarakat kita, seperti yang sudah saya bilang di atas, lebih suka hal-hal yang berbau barat atau luar negri (walaupun produk tanah air) dibanding yang benar-benar asli Indonesia, mungkin tidak bisa disalahkan juga karena selama 30 tahun lebih produk dalam negri memang kalah jauh dengan produk luar, tetapi lain lagi dengan sekarang yang sudah maju pesat. Dalam kemajuannya yang sungguh pesat ini, produk dalam negri harus tetap berhati-hati dalam langkah-langkah pemasarannya, salah satunya dalam hal naming tadi. Mungkin salah satu kesalahan pemasaran brand Timor yang beridealisme Indonesia sekali itu, karena ia menggunakan nama Timor, di mana yang terbayang di benak masyarakat adalah MOBIL BUATAN INDONESIA, beda dengan merk Polytron yang buatan Indonesia tetapi menggunakan nama brand yang mirip dengan brand Jepang, sehingga yang terbayang yah.. TV BUATAN JEPANG, karena selama ini memang TV bagus selalu buatan Jepang.

Jangankan sebuah produk, untuk memasarkan artis saja harus ada brandnya seperti Jerry Yan yang bernama asli Yan Cheng Xu, biar kayak orang bule pake nama Jerry dan mudah diingat orang selain orang Taiwan/Cina yang terbiasa dengan pembacaan nama 3 suku kata; atau Yuni Shara yang ternyata Wahyu Setyaning Budi atau Inul yang adalah Ainur Rohimah.. ya beda banyak juga gpp asal masih mirip dikit.. yang penting bisa trend, tapi terbukti benar bahwa nama merk yang mereka pakai untuk pemasaran membangung persepsi yang baik, walaupun merekayasa jati diri nama pemberian ortu di kampung.. balik lagi pada idealisme masing-masing, tetapi jangan anggap remeh persepsi yang telah terbentuk di masyarakat, karena kita memang berjualan kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar